top of page

Pulau Weh

Pulau Weh (atau We) adalah pulau vulkanik kecil yang terletak di barat laut Pulau Sumatra. Pulau ini pernah terhubung dengan Pulau Sumatra, namun kemudian terpisah oleh laut setelah meletusnya gunung berapi terakhir kali pada zaman Pleistosen. Pulau ini terletak di Laut Andaman. Kota terbesar di Pulau Weh, Sabang, adalah kota yang terletak paling barat di Indonesia.

 

Pulau ini terkenal dengan ekosistemnya. Pemerintah Indonesia telah menetapkan wilayah sejauh 60 km² dari tepi pulau baik ke dalam maupun ke luar sebagai suaka alam. Hiu bermulut besar dapat ditemukan di pantai pulau ini. Selain itu, pulau ini merupakan satu-satunya habitat katak yang statusnya terancam, Bufo valhallae (genus Bufo). Terumbu karang di sekitar pulau diketahui sebagai habitat berbagai spesies ikan.

 

Selama tahun 1997-1999, Conservation International melakukan survei terhadap terumbu karang di wilayah tersebut. Menurut survei, keanekaragaman terumbu relatif sedikit, tetapi keanekaragaman spesies ikan sangat besar. Beberapa spesies ditemukan selama survey termasuk di antaranya Pogonoperca ocellata, Chaetodon gardneri, Chaetodon xanthocephalus, Centropyge flavipectoralis, Genicanthus caudovittatus, Halichoeres cosmetus, Stethojulis albovittatus, Scarus enneacanthus, Scarus scaber dan Zebrasoma desjardinii.

Pada 13 Maret 2004, spesimen langka dan tidak biasa dari spesies hiu bermulut besar, terdampar di pantai Gapang. Hiu bermulut besar memiliki mulut besar yang khas, hidung yang sangat pendek dan lebar. Spesimen tersebut merupakan penemuan yang ke-21 (beberapa mengatakan ke-23) dari spesiesnya sejak penemuannya pada tahun 1976. Hiu jantan yang berukuran panjang 1,7 meter (5,58 kaki) dan memiliki berat 13,82 kg (30,5 pon) yang membeku dikirim ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk penelitian lebih lanjut. Sampai tahun 2006, hanya terdapat 36 penemuan hiu bermulut besar di Samudra Pasifik, Hindia, dan Atlantik.

 

Gempa bumi dan tsunami tahun 2004 memengaruhi ekosistem di pulau tersebut. Di desa Iboih, petak tanaman bakau yang besar hancur. Puing dari daratan ditumpuk di karang-karang sekitarnya sebagai akibat tsunami. Pada tahun 2005, sekitar 14.400 bibit bakau ditanam kembali untuk menyelamatkan hutan bakau tersebut. Selain daripada ekosistem bawah laut, pulau Weh merupakan satu-satunya habitat dari spesies katak yang terancam, bernama Bufo valhallae (genus "Bufo"). Spesies ini hanya dapat diketahui dari ilustrasi dari pulau ini. Karena penggundulan hutan di pulau Weh, populasi dari spesies tersebut tidak pasti.

 

Menyelam pasti salah satu kegiatan yang paling dikenal di pulau ini. Banyak penyelam handal dan instruktur menyelam yang dengan senang hati akan mengantar Anda untuk menjelajahi alam bawah laut di Pulau Weh. Ombak di sini kuat jadi berselancar akan cukup menyenangkan. Hati-hati dan selalu disertai dengan instuktur menyelam jika Anda seorang pemula. Anda dapat melihat bagaimana pulau ini terpisah dari Pulau Sumatera beberapa juta tahun yang lalu.

Sabang adalah ibu kota Pulau Weh. Mengapa tidak menjelajahi kotanya juga? Anda mungkin ingin mengambil gambar dari sebuah bantalan tanda yang bertuliskan "Indonesia Nol Kilometer". Resor laut di depan  juga menarik jika Anda ingin melihat kehidupan laut yang beraneka ragam.

Untuk penggemar belanja, coba kunjungi pasar tradisional untuk mendapatkan buah-buahan tropis yang segar dan makanan ringan.
Banyak hal menarik lainnya yang bisa Anda nikmati termasuk air terjun, gunung berapi, air panas, bunker Jepang dari Perang Dunia II, kuburan bersejarah, Durian Keramat (Durian suci), dan kota Sabang.

 

Bagi anda yang ingin berkunjung kesana dengan teman, keluarga, dan kolega  bisa menghubungi kami di Whatsapp

bottom of page